Pemilu di Rusia baru saja berlalu. Seperti dapat diduga, Partai Persatuan Rusia yang dibentuk oleh Vladimir Putin menjadi pemenang mayoritas atas pemilu parlemen beberapa hari yang lalu. Bagi orang yang pernah tinggal di Rusia dan langsung berdialog dengan masyarakatnya, mungkin dapat sedikit lebih peka melihat ada apa dibalik dinamika psikologis dan sosiologis masyarakatnya, terlepas dari siapapun yang menjadi penguasa di negaranya. Ada realitas psikologis yang berbeda antara perilaku dibilik suara dan obrolan di rumah dan kafe. Sejauh pemahamanku Rusia adalah negara yang terlampau sering diguncang revolusi dalam satu dekade terakhir. Perubahan yang terjadi begitu cepat, hingga tingkat uncertainty avoidance orang-orang yang hidup didalamnya cukup tinggi (lihat penelitian Geertz-Hoffstede). Kebanyakan dari beberapa orang yang kutemui lelah dengan perubahan lagi. Perubahan besar yang dialami berkali-kali telah membuat mereka berada dalam perubahan gaya hidup. Glasnost dan Perestroika membawa kebebasan dan demokrasi baru sekaligus melemparkan kondisi sebagian besar masyarakatnya dalam fragmentasi dan permasalahan sosial yang rumit. Bagiku, melihat rusia adalah melihat dua kutub generasi yang berbeda yang kadang sulit sekali dipahami.
Hampir 3 tahun aku tinggal di Rusia, dan aku melihat sendiri bagaimana masyarakat rusia yang bertransformasi. Ada banyak kemajuan secara material tapi ada banyak pula kemunduran. Apapun, saksi hidup runtuhnya Soviet mengatakan bahwa dalam 20 tahun mentalitas masyarakatnya hampir berubah 180 derajad. Bukan hal jamak kemudian bila dua generasi antara bapak dan anak dibesarkan dalam nilai yang berbeda, mulai dari value pribadi, keluarga, dan sosial. Perubahan yang terjadi begitu cepat menyebabkan rusia diguncang begitu banyak permasalahan sosial pasca perestroika dan Glaznost.
Generasi Soviet tak terbiasa dengan tayangan telanjang di televisi, atau pemandangan orang berciuman di pinggir jalan, namun generasi Rusia terbiasa. Generasi Soviet tak terbiasa dengan penjualan kondom di etalase supermarket yang dekat dengan etalase permen dan coklat untuk anak-anak, tapi generasi Rusia biasa. Tingkat perceraian generasi Soviet rendah, namun generasi Rusia kawin dua tahun saja adalah jamak. Orang Soviet minum vodka di rumah, orang Rusia minum vodka di jalan-jalan. Orang Soviet sulit melancong ke luar negeri karena sistem politik yang tertutup, orang Rusia bisa pergi kemana saja asal mampu secara ekonomi. Pengangguran adalah illegal di jaman Soviet, namun di Rusia pengangguran adalah hal jamak di jalan-jalan. Orang Soviet berpikir bahwa orang asing adalah “druzhba narodov” atau sahabat antar bangsa, dan orang Rusia beranggapan orang asing adalah kompetitior. 30 juta orang Soviet gugur karena perang dengan fasisme, tapi sebagian kecil kelompok di Federasi Rusia justru pengagum hitler dan fasisme radikal. Filosofi orang Soviet adalah hidup untuk kecukupan, pandangan hidup orang Rusia adalah hidup untuk kekayaan. Doktrin orang soviet adalah rakyat, kepercayaan orang Rusia adalah diri sendiri. Pemerintah Soviet memberikan beasiswa tinggi kepada negara-negara berkembang. Pemerintah Rusia memberikan beasiswa PAS-PASAN kepada semua mahasiswa asing. Media Soviet tak berani mengkritik pemerintah (kecuali pasca glasnost), media Rusia berani mengkritik pemerintah. Orang soviet malu-malu beragama, orang Rusia beragama (dan tidak beragama) terang-terangan.
Disaat yang sama orang Soviet yang sebelumnya sering dicekoki propaganda komunisme di televisi baru mengerti, bahwa ternyata mantan rivalnya amerika serikat lebih heboh dalam melakukan propaganda lewat film Rocky Balboa (Vs Ivan Draco) dan Rambo. Propaganda orang Soviet adalah ideology komunisme dan antiimperialisme. Propaganda orang amerika adalah penciptaan stereotipe. Lalu orang orang soviet bertanya, adakah film-film soviet yang menunjukkan bahwa orang amerika adalah setan sebagaimana film Hollywood yang selalu menggambarkan orang soviet adalah bengis, kejam dan kaku. Kata orang Soviet tidak ada. Namun jangan lupa orang Rusia menikmati Rocky Balboa dan Rambo.
Orang soviet beranggapan bahwa hidupnya sederhana dan bahagia. Kebutuhan pangan mereka dicukupi. Saat keran ekonomi, politik, dan informasi dibuka pasca glasnost dan perestroika, orang Rusia menyadari bahwa ternyata hidup mereka jauh lebih sederhana di banding tetangganya di eropa barat. Saat itu mulai terbersit dalam pikiran mereka untuk menjadi kaya. Saatnya negara tak perlu banyak mengontrol untuk kesejahteraan. Individu memenuhi sendiri kesejahteraannya.
26 desember 1991 adalah waktu dimana bendera merah palu-arit terakhir berkibar dan diturunkan di Kremlin. Orang orang di seluruh dunia yang termakan propaganda film hollywood bersorak sorai gembira. Setan dunia dianggap runtuh. Mereka sama sekali tak terbersit bahwa perang yang tak seimbang antara US vs pihak yang tak sejalan dengan interestnya baru saja dimulai. Aku ingin menyatakan bahwa aku sendiri bukanlah pendukung komunisme. Apapun ada beberapa pola komunisme memang tak sejalan dengan hakikat manusia yang bebas, namun apakah memang manusia butuh kebebasan seperti sekarang. Itu pertama. Alasan kedua adalah fakta, bahwa gambaran bengis orang Soviet adalah propaganda. Orang kemudian banyak menggeneralisasi Soviet = pemerintah Stalin. Stalin memang kejam dan haus darah, dan itupun diakui oleh orang Soviet sendiri. Namun orang tak pernah tahu, bahwa ada periode destalinisasi pasca Stalin meninggal. Nikita Kruschev pemimpin partai komunis pasca Stalin adalah pelopor periode destalinisasi: Keran-keran informasi ilmuwan di buka, Masjid biru di petersburg di buka pada akhir tahun 50-an dan diperbolehkan umat islam untuk beribadah, Eks tapol dan napol jaman Stalin dibebaskan dan direhabilitasi. Walau memang adalah fakta bila sensor karya masih ada selama jaman Kruschev hingga Breznev. Tapi apapun stereotipe tetap terlanjur dan sengaja diciptakan lewat silogisme sederhana yang menyesatkan: Soviet = Stalin, Stalin = setan, sehingga Soviet = setan.
Ada hal yang perlu disyukuri dari kebebasan, namun adalah fakta bahwa beberapa orang yang mengharapkan kebebasan itu harus menyesali kebebasan yang dia dapat itu sendiri. Karena kebebasan itu hanya menyediakan peluang dan bukan jaminan. Dan sebenarnya itu wajar saja. Karena hidup itu memang tak pernah memberikan jaminan apa-apa, hanya peluang. Sebagaimana sekolah. Sekolah tinggi tak pernah memberikan jaminan masa depan, tapi bisa jadi memberikan peluang masa depan. Sayangnya yang tak pernah mereka sadari adalah peluang itu sudah terkapling sebelum mereka memulai untuk bersaing. So selamat datang pemodal besar. Jadi untuk generasi soviet yang hidup di Rusia, kuucapkan selamat bernostalgia. Dan untuk generasi Rusia sendiri kuucapkan selamat bersaing )
2 Comments