Halo Takita, terimakasih suratmu. Senang sekali kakak akhirnya disapa oleh Takita.
Kakak sebenarnya sempat merenung waktu membaca suratmu. Bingung untuk cerita apa. Nah setelah tahu mau cerita apa, terus kakak bingung lagi mau cerita darimana. Hehehe.
Pastinya waktu kakak kecil sekali, waktu kakak berusia 3-5 tahun, ibu seringkali kakak tagih untuk mendongeng sebelum kakak tidur. Ibu kalau cerita seringkali bikin kakak tertawa terpingkal-pingkal. Sebenarnya ceritanya sih hanya cerita rakyat yang diulang-ulang seperti kancil mencuri timun, bawang putih bawah merah, ande-ande lumut, atau ibu sering ngarang-ngarang cerita sendiri, seperti manuk kethimpleng, namun yang membuat ibu unik adalah ketika ibu selalu bercerita dengan gaya dan wajah yang lucu.
Nah Kakak itu paling senang kalau ibu ceritanya ngarang-ngarang sendiri. Kadang kakak tidak berhenti tertawa kalau ibu sudah mulai pakai nama tetangga untuk penokohannya atau pakai nama-nama di sekitar tempat kakak hidup untuk latar cerita. Dan seperti biasa kalau kakak diceritain, banyaaak sekali yang kakak tanya, “Lah kok bisa gini kok bisa gitu?”. Itu kenapa Ibu kakak kalau sudah tak bisa menjawab, ya menyuruh kakak tidur. Dan kalau kakak nggak tidur-tidur karena kebanyakan bertanya, maka Ibu selalu pakai trik yang paling jitu untuk buat kakak tidur. Triknya, punggung kakak diusap-usap sampai kakak tidur. Hoaaam dan bleg… tidurlah kakak!
Setelah kakak agak besar, giliran kakak yang kadang-kadang jadi tukang cerita buat adik-adik. Adik kakak kebetulan ada 4. Nah tapi menjelang adik-adik kakak masuk SD yang terjadi malah sebaliknya. Kakak lebih seneng mendengarkan cerita adik-adik kakak. Pokoknya kalau adik kakak pulang sekolah, kakak mulai deh bertanya, mulai dari soal gurunya, teman mainnya, pelajarannya, dll. Kakak lebih banyak mendengarkan, mencermati raut wajahnya yang kadang diselingi sama gerak tubuh yang menirukan gurunya, temannya, atau siapapun. Rasanya senang saja kalau adik-adik kakak bisa terbuka dan bercerita apa saja dengan kakak. Bahkan kalau adik kakak habis membaca buku, melihat film atau apapun. Kakak terbiasa bertanya, “kakak pengen tahu dong, tadi filmnya soal apa?” Dan mulailah adik kakak dengan cerewetnya menceritakan film tadi dengan ekspresi anak-anaknya.
Nah selepas kakak lulus SMA, kakak merantau ke luar kota untuk kuliah. Sementara adik-adik kakak waktu itu masih SD, ada juga yang masih TK dan belum sekolah. Alhasil kakak sempat kehilangan kesempatan untuk mendengarkan cerita adik-adik kakak.
Tapi setiap kali kakak pulang ke rumah selalu saja menjadi pengalaman yang hebat buat kakak. Mulai dari kedatangan kakak, sampai ketika kakak harus pamit untuk kembali ke kota tempat kakak bersekolah. Misal, ketika kakak baru saja memencet bel rumah dan kebetulan adik kakak melongok ke jendela dan mereka tahu kalau kakak pulang maka adik-adik kakak spontan langsung loncat dan berteriak, “Mas…. Ardi Pulang!!!!” Seringkali kakak sendiri yang akhirnya bingung harus mendengarkan siapa. Rumah jadi gaduh, karena semua adik-adik ingin bercerita kepada kakak. Kadang ketika malam ada juga cerita yang rahasia dari adik kakak… “sttt… jangan bilang-bilang ya”. Tapi buat kakak, mendengarkan cerita mereka selalu jadi pengalaman yang hebat sekali.
Syukurnya sampai sekarang bercerita akhirnya menjadi kebiasaan walaupun mereka sudah pada gede. Kalau kakak bertemu mereka, mereka selalu banyak bercerita dengan Kakak. Kakak waktu menuliskan ini yang terbayang wajahnya adik-adik kakak waktu masih kecil-kecil. Rasanya seperti nostalgia dengan banyak kejadian mulai dari yang paling baru sampai belasan tahun yang lalu.
Nah Takita… nanti kalau kakak punya anak, Kakak pengen jadi teman ceritanya anak kakak nanti. Kakak pengen dengerin cerita soal teman, sekolah, guru, kalau bisa setiap hari. Hehehe… Kakak juga pengen sekali mendengarkan cerita anak-anak kakak setelah mereka jalan-jalan, rekreasi, atau melihat film favoritnya. Doakan kakak ya. Hehehehe… Kakak juga berdoa semoga Takita menjadi anak yang berguna buat kehidupan manusia. Semoga Takita selalu menjadi teman bagi seluruh anak Indonesia.
Sudah dulu ya ceritanya Takita. Kapan-kapan disambung lagi.
Pingback: Surat dari Takita: Mimpi-mimpi Takita - Blog Indonesia Bercerita