Articles

Bernie Sanders dan – mungkin – Indonesia

Saya bukan orang Amrik sih. Saya cuma orang yang lagi desperate dan putus asa dengan kelulusan saya. Disaat begini saya cari hiburan. Kebetulan hiburan yang lumayan seru untuk orang yang single dan sepi -sempetin curcol- selain pertandingan sepakbola adalah pilpres di US. Ada banyak hal menarik di pilpres US kali ini. Terutama soal Bernie. Saya bukan promotor Bernie, yang emang nggak ada gunanya buat progress disertasi saya. Tapi ini orang unik dan nambah excitement untuk refreshing plus ditambah kalau liat konsistensi dan track recordnya. Singkatnya menarik perhatian saya.

Tadi malam hingga pagi saya revisi draft disertasi dengan tiap dua jam liat perkembangan real count primary election di Michigan. Lumayan menarik dan berasa ada teman. Perjalanan dia jadi presiden masih jauh dan belum juga termasuk kemungkinan penjegalan banyak media dan korporat besar terhadap pencalonannya. Cuma yang menarik dari primary election di Michigan adalah ternyata Bernie Sanders yang Yahudi didukung oleh 70 persen komunitas muslim di Michigan. Fakta menarik adalah kertas suara sampai kehabisan saking banyaknya warga di Michigan yang akan memilih –disaat mereka bisa saja memilih menjadi golput-. Banyak orang nunggu beberapa jam untuk bisa milih. Surat suara akhirnya ditambah 25 persen. Bisa jadi ini rekor dalam primary election (belum dicek beneran rekor apa nggak). Bahkan twit-twit komunitas muslim di Michigan US soal kemenangan Bernie di Twitter seakan meledak-meledak pagi tadi. Maklum karena 24 jam sebelumnya dia diprediksi kalah besar oleh media-media besar dan lembaga survey. Arus berbalik setelah dia menang di Michigan, ejekan dari pendukungnya terhadap media besar membahana di twitter. Track recordnya sebagai pejuang anti diskriminasi rasial sejak muda, ditangkap polisi, anti perang, anti korporat besar, dan diperkuat dengan statemennya dari dulu terhadap hak-hak minoritas membuat dia dipercaya oleh banyak golongan minoritas.

Saya jadi senyum dan ngelamun sedikit, mungkin nggak ya di Indonesia orang bisa melihat kapasitas orang tanpa melihat agamanya, bukan dari apakah itu Islam, Kristen atau Yahudi. Maklum saya rada risih kalau ngeliat berita soal konspirasi wahyudi dan berita soal ini agama x dan ras x dan ndak halal jadi pemimpin. Mungkin nggak kita melihat pemimpin tanpa “sertifikat halal” yang menyentuh wilayah paling privat yaitu iman seseorang , atau ngeliat dikotomi pribumi non pribumi (karena kita nggak bisa milih untuk bisa lahir dari ras apa) tapi sekedar ngeliatnya dari integritas dan track-recordnya yang baik dan pro terhadap kesejahteraan dan perlindungan semua orang tanpa pandang bulu. Sekian racauan nggak penting ini.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*